
Pulse Oximeter adalah alat noninvasif yang mampu mengukur kadar saturasi oksigen dalam darah dan umumnya di pasang di jari. Di tengah pandemi COVID-19, alat ini umum digunakan untuk pemantauan kondisi saturasi oksigen, untuk mencegah terjadinya happy hypoxia, kondisi kekurangan oksigen tanpa gejala. Layaknya beberapa perangkat dan obat-obatan penunjang isolasi mandiri lainnya, pulse oximeter ini menjadi langka ditengah tajamnya kenaikan kasus COVID-19. Untuk itu banyak orang mencari alternatif lain untuk memantau kadar oksigen.
Pengukuran konsentrasi oksigen dalam darah (SpO2) sebenarnya adalah persentase hemoglobin yang mengandung oksigen dibandingkan keseluruhan hemoglobin. Pengukuran noninvasif oleh pulse oximeter memungkinkan karena adanya perbedaan penyerapan panjang gelombang cahaya dari hemoglobin yang mengandung oksigen dan yang tidak. Maka dari itu, umumnya pulse oximeter memiliki pemancar dan penerima cahaya di dua panjang gelombang (umumnya merah dan inframerah).
Aplikasi pulse oximeter yang tersedia di Google Play untuk HP Android, perlu dicurigai. Tanpa adanya sebuah sensor dan pemancar panjang gelombang (merah dan inframerah) ini, secara praktis tidak mungkin dilakukan pengukuran kandungan oksigen dalam darah. Maka dari itu, hindarilah penggunaan aplikasi Pulse Oximeter sebagai pengganti perangkat yang asli.
Disclaimer:
Saya adalah lulusan teknik elektro yang pernah mengambil kelas Instrumen Biomedik dan pernah bereksperimen mengukur detak jantung dan kadar oksigen darah menggunakan sensor inframerah yang dipasang di ujung jari. Kesimpulan dari artikel singkat ini juga dibahas di referensi yang saya cantumkan (dalam Bahasa Inggris).