Orang banyak mengenal sosok Prof. Matondang sebagai seorang guru besar, pemimpin, dan mungkin teladan. Bagi saya, dia adalah ompung Grogol, adik dari mendiang ompung kandung saya. Sewaktu kecil, saya tidak mengerti sama sekali adat Batak, ompung kandung saya sudah meninggal sejak papi saya masih di bangku sekolah. Ompung Grogol yang banyak menjelaskan sedikit demi sedikit, setelah saya sudah dewasa, tidak lama setelah saya lulus kuliah. Sekarang, saya mengerti kenapa dulu saat kecil saya dengar: “adik kesayangan papi, kakak kesayangan ompung”. Ternyata, saya adalah keturunan laki-laki yang menyandang nama marga dan diharapkan untuk meneruskan nama baik tersebut.
Sebelum saya berangkat ke Finlandia, ompung Grogol bahagia bahwa cucunya bisa lanjut belajar di luar negeri. Namun, memang terlihat bahwa kesedihan juga ada di dalam pikirannya. Tidak jarang ompung memanggil saya untuk mendengarkan cerita, ceramah, dan wejangan setiap saya ada di rumah. Walaupun dalam kondisi setelah sakit stroke, ompung masih mau berbagi pengalaman hidupnya. Berat melihat kondisi yang memburuk seiring waktu, mungkin saya sedikit naif, tapi masih berharap bisa bertemu kembali setelah lulus studi. Tuhan berkehendak lain, ompung sudah tidak menderita sakit lagi.
Teringat pertemuan terakhir kami, satu hari sebelum pesawat saya berangkat. Ompung memegang kepala saya dan mendekatkannya dengan kepalanya. Semasa hidupnya, ompung berharap ada yang bisa mengikuti jejaknya. Besar harapan beliau untuk anak, keponakan, dan cucunya agar menjadi orang-orang yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Ompung pernah cerita bahwa beliau pernah membawa salah satu keluarga untuk membuat setelan jas, dengan pesan supaya bisa jadi orang di kemudian hari. Kini, saya juga punya setelan jas yang dipesankan oleh ompung untuk wisuda S1. Kelak, akan saya kenakan juga di wisuda saya selanjutnya, dengan harapan doamu didengar oleh Allah.
Ompung Grogol, terima kasih karena sudah memberikan inspirasi, bimbingan, dan segala support yang diberikan dalam proses pendewasaan saya. Walaupun saya jauh dari Jakarta, saya yakin sekarang jarak kita hanya sebuah doa, melalui perantara kita, Yesus Kristus. Semoga segala perbuatan baikmu dikenang oleh semua yang telah terbantu dan semoga Tuhan Yesus mengampuni segala dosamu. Amin.
Finlandia, 12 Agustus 2022
Josef Stevanus Matondang