Kemarin saya berbincang dengan salah satu teman permainan dari 7 tahun silam. Orang ini berasal dari Pakistan dan belum lama menyelesaikan studi Kedokteran Gigi di sana. Di tengah perbincangan dalam group WhatsApp, kami dan beberapa teman lain menyentuh topik pembicaraan Coronavirus, Ia menceritakan adanya kasus COVID-19 di Rumah Sakit tempat dia sedang bertugas.
Selanjutnya kamipun berbincang lebih lanjut tentang proses infeksi akibat Coronavirus. Seperti yang diketahui, COVID-19 ini adalah penyakit menular yang menyerang sistem pernapasan. Gejala yang muncul adalah flu, lalu demam, diikuti dengan batuk yang parah. Setelah itu, virus dapat menginfeksi paru-paru menyebabkan Pneumonia. Infeksi paru-paru ini menghasilkan kerusakan yang bersifat permanen.
Saya sempat bingung dengan penggunaan kata pneumonia. Ia menjelaskan bahwa terdapat perbedaan dari Pneumonia yang kita kenal secara umumnya, yaitu Pneumonia berdasarkan infeksi bakteri. Pneumonia melalui bakteri Pneumococcus, umumnya diobati dengan berbagai antibiotik. Pneumonia akibat virus ini berbeda dengan Pneumonia yang disebabkan bakteri. Salah satu hal yang menjadi sumber kebingungan saya, apakah Pneumonia dari COVID-19 disebabkan oleh turunnya daya tubuh sehingga terjadi infeksi Pneumonia akibat bakteri. Melalui perbincangan ini, saya mendapatkan informasi bahwa Pneumonia akibat bakteri dan Pneumonia aibat virus ini adalah hal yang berbeda.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa perawatan dari penderita Coronavirus saat ini hanya menekan gejala-gejalanya (symptomatic treatment). Hal ini menyebabkan orang lanjut usia, yang sudah memiliki daya tahan imun yang lebih rendah dari orang muda, menjadi lebih rentan terhadap gejala-gejala yang diakibatkan infeksi Coronavirus.
Komplikasi penyakit juga menjadi salah satu alasan kenapa Coronavirus dapat menjadi fatal. Sistem imun yang lemah tidak dapat menyangga daya tahan tubuh dalam melawan banyak penyakit sekaligus. Salah satu yang pertanyaan yang muncul, apakah konsep ini sama seperti HIV atau penyakit yang menyerang imunitas tubuh, ternyata tidak, imunitas tubuh tidak serta-merta dilemahkan oleh infeksi virus ini.
Kamipun membahas vaksin dan penyembuhan terhadap virus ini, beberapa pemberian zat antiviral dilakukan untuk membantu penyembuhan terhadap virus. Namun tes-tes belum menunjukkan hasil yang jelas tentang keberhasilan metode-metode penyembuhan virus ini. Vaksin belum ada untuk melawan infeksi virus ini. Sehingga, sebaiknya pendekatan yang dilakukan adalah mencegah seperti yang sudah disampaikan oleh berbagai kalangan, mencuci tangan, jangan sentuh wajah, dan gunakan masker jika sedang sakit atau mengurus orang sakit.
Perbincangan ini singkat dan mungkin sudah banyak informasi resmi tentang hal ini sudah diterima oleh banyak orang melalui banak kanal. Namun dengan menuliskan artikel ini, saya ingin mencatat apa yang menjadi temuan baru dari saya melalui perbincangan tersebut. Jika ada koreksi atau kesalahan mohon disampaikan dalam kolom komentar.