Latar Belakang
Sidang perdana gugatan polusi udara Jakarta yang dilayangkan terhadap Pemerintah, termasuk Menteri LHK, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Gubernur DKI, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Banten, hingga Presiden RI, digelar hari ini tanggal 1 Agustus 2019. Gugatan warga negara ini dilayangkan oleh LBH Jakarta, Greenpeace Indonesi dan Walhi Jakarta. Hal ini disebabkan buruknya kualitas udara di Jakarta. Buruknya kualitas udara ini mulai ramai di media sosial, dengan sumber dari laman web AirVisual.
(Baca berita: https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/25/19360191/sidang-perdana-gugatan-polusi-udara-jakarta-digelar-1-agustus)
AirVisual mengumpulkan beberapa pembacaan sensor kualitas udara yang umumnya membaca jumlah partikel PM10 maupun PM2.5. Data dari AirVisual diperoleh dari BMKG, US Embassy, dan Greenpeace. BMKG menyatakan bahwa ketiga sensor, dua dari US Embassy dan satu milik BMKG di Kemayoran merupakan sensor berstandar internasional. BMKG juga menyatakan bahwa indeks kualitas udara di Indonesia yaitu ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) masih berbasiskan konsentrasi debu partikel PM10, sedangkan standar internasional sudah berbasis PM2.5. BMKG juga menyatakan bahwa selain ketiga sensor tersebut, sensor yang digunakan pada stasiun lain adalah sensor rendah biaya (low cost sensor) yang memiliki akurasi yang lebih rendah dibandingkan ketiga sensor berstandar internasional tersebut.
(Baca berita: https://news.detik.com/berita/d-4644102/bmkg-3-lokasi-pantauan-airvisual-di-dki-berstandar-internasional)
Gubernur DKI Anies Baswedan menyatakan bahwa beliau berencana menambah sensor agar ukuran kualitas udara di Jakarta lebih akurat. Gubernur Anies menjelaskan bahwa data dari AirVisual dari kedutaan Amerika saja, sehingga hanya menggambarkan kualitas udara di sekitar Gambir saja. Sementara sudah ada 8 alat yang dimiliki pemerintah DKI, dengan data yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Jakarta Smart City.
(Baca berita: https://kumparan.com/@kumparannews/anies-akan-tambah-sensor-kualitas-udara-di-jakarta-1rPOld0TR4m)
Permasalahan Polusi Udara
Polusi udara dengan dampaknya yang sudah banyak dibahas oleh jurnal medis yang menunjukkan adanya efek polutan PM2.5 terhadap kesehatan manusia, seperti kanker paru-paru dan masalah kardiovaskular. Selain itu, sudah ada deklarasi bahwa PM bersifat karsinogenik. Belum lama ini kita kehilangan tokoh dari BNPB akibat kanker paru-paru, apakah kita masih mau kehilangan tokoh-tokoh besar di masa depan akibat permasalahan yang sama?
(Baca jurnal: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24694836)
Masalah polusi udara ini harus dianggap serius, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat. Apapun pilihan politik Anda baik di kontestansi Pilkada maupun Pemilu tidak lagi relevan. Seyogyanya kita tidak melayangkan serangan terhadap Gubernur DKI ataupun Presiden RI, namun sama-sama memikirkan solusi terhadap permasalahan polusi udara ini. Gugatan warga negara yang dilayangkan terhadap pemerintah menurut saya adalah hal yang tepat untuk menaikkan kesadaran seluruh masyarakat tentang masalah ini. Namun, perlu dipastikan semua kritik ini tidak kembali menjadi perpecahan antara kedua kubu yang saling menyalahkan.
Kebijakan yang tepat sasaran di level pemerintahan provinsi maupun pemerintahan pusat harus cepat dikeluarkan, namun kita sama-sama perlu mengawasi bersama, apakah kebijakan tersebut tepat guna, apakah kadar polusi menurun? Keterbatasan sensor menjadi masalah lain yang perlu diatasi juga. Walaupun masalah utama adalah bagaimana kebijakan dapat cepat dilaksanakan untuk menekan polusi, masalah itu juga mengajak masalah lain, yaitu bagaimana kita dapat mengukur kemajuan yang dihasilkan oleh kebijakan tersebut? Menurut saya, untuk mengatasi masalah ini, pemantauan yang lebih detil perlu dilakukan.
Di era di mana semua kebijakan harus berdasarkan data, maka perlu juga kita memiliki data yang komprehensif tentang polusi udara. AirVisual menunjukkan kepada kita bahwa dengan kumpulan data (big data) dapat dilakukan analisis yang dapat memperbaiki kualitas pembacaan dari sensor rendah biaya. Selain itu, ada inisiatif Luftdaten.info, oleh OK Lab Stuttgart, Jerman, mereka mengumpulkan data PM untuk menjawab pertanyaan tentang polusi udara di daerah mereka. Inisiatif ini menarik dan sudah ada satu orang Jakarta yang memasang satu sensor dan mengirimkannya ke Luftdaten.info.
(Buka website: https://maps.luftdaten.info)
Solusi Penunjang Kebijakan
Penggunaan sensor biaya rendah yang masif dan data yang kontinu menjadi paradigma baru dalam pemantauan kualitas udara, sudah saatnya Indonesia yang sedang mengalami permasalah polusi udara ikut masuk dalam pengembangan baru. Pengembangan ini tentu perlu didukung oleh hukum yang sesuai, yakni indeks kualitas udara yang modern yang mulai mengikuti standar PM2.5 dan bukan PM10 saja. Selain itu, implementasi jaringan sensor rendah biaya dengan data kontinu juga perlu mulai dipasang di daerah urban. Paradigma baru ini sudah dibahas oleh salah satu makalah ilmiah yang sudah disitasi ratusan orang.
(Baca paper: https://pubs.acs.org/doi/10.1021/es4022602)
Menunggu pemerintah untuk melaksanakan hal ini, mungkin butuh waktu yang lama dengan birokrasi yang berkepanjangan. Data tentang polusi udara sangat kita butuhkan, dan kita butuhkan segera. Terinspirasi dari Luftdaten.info, rasanya Indonesia juga bisa membuat sistem serupa dengan berbagai solusi yang sudah tersedia di bidang Teknologi dan Elektronika. Jika kemarin kita sudah dapat berurun daya untuk mengurusi Pemilu dengan KawalPemilu, rasanya untuk hal genting seperti kesehatan masyarakat seperti ini, bukan tidak mungkin adanya urun daya serupa.
Akhirnya, artikel ini merupakan manifesto yang saya buat untuk mengajak kita bersama untuk urun daya dalam memecahkan permasalahan ini. Memang kebijakan pemerintah tetap solusi yang paling diperlukan untuk mengurangi polusi udara, namun kita tidak hanya bisa teriak-teriak saja, perlu juga adanya usaha dari masyarakat. Usaha masyarakt dapat dilaksanakan dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, namun selain itu dapat berupa fungsi pemantauan seperti yang sudah di bahas. Layaknya KawalPemilu yang ingin memantau Pemilu 2019, mari kita memantau polusi udara kota kita, Jakarta. Saya akan memulai dengan mengembangkan hardware dan sistem sederhana di waktu luang saya. Semua program akan saya pasang di GitHub saya. Progres harian akan saya tulis di blog ini.